Jumat, 16 Oktober 2009

WIFI DIBUNGKUS DIBAWA PULANG !

...He..hehe… judulnya aneh ya ? maksudnya tu kita bisa ber-hotspot ria alias ber-internet gratis dirumah, kaya kalau kita berada di hotspot area, bedane kan kalau dirumah bisa disambi tiduran, makan, minum, maen PS & mau posisi bagaimanapun ga’ masalah karena tu dirumah kita sendiri, coba kalau di Hotspot area yang berada di area publik, pasti kan kita ga’ bisa sebebas itu, tau ndri, pasti Ja’im banget alias jaga image atawa jagain muka, ya kan ?

Sebelum dimulai, kita bentuk kerangka berfikir kita dulu aja, ntar nda’ malah pada bingung, (biasalah, orang Jawa kan suka kalau “ di chetak2ke “, ya kan? …he..hehe…). Secara teori hotspot wireless itu menggunakan sinyal radio untuk komunikasi datanya. Pernah lihat waktu mudik kekampung, saudara kita menggunakan tutup panci atau wajan untuk di jadikan antena televisi ? Hasilnya gimana ? Lumayan jernih juga kan ? Nah, itu awal kerangka berfikir kita disini, bahwa sinyal WIFI juga bisa ditangkap dengan alat – alat yang sederhana, tinggal dimodifikasi agar gelombang radio yang diterima bisa diubah menjadi data lagi yang artinya kita pakai untuk internet.

Alat sederhana yang dimaksud disini adalah WAJAN, sebagai antena penangkap sinyal wifi tersebut. (yang penting jangan wajan emak diambil, dilempar bakiak bisa benjol tu kepala).

Setelah kerangka berfikir mulai “ jalan”, kita perlu tahu juga syarat – syarat untuk menggunakan (bahasa kerennya “ mengaplikasikan “) ini :

  1. Ada hotspot area atau tempat yang menggunakan internet memakai system wireless. Sehingga kita bisa ngikut (bahasa jawanya “ ngganthol “) kesitu.
  2. Jarak wajan tidak terlalu jauh dengan Hotspot area tersebut, ya kalau pakai perkiraan 1–2 km (tambah jauh harus memperbesar diameter wajan & tambah melemah sinyalnya, begitu juga sebaliknya, tambah dekat tambah bagus, apalagi disamping anda, tu mah kagak perlu wajan atuch akang…..he..hehe...).
  3. Hotspot yang ditangkap gratis, artinya tidak dikunci oleh penyebar (server) itu, lebih jelasnya tidak ada gambar gemboknya di gambar sinyal hotspot di komputer.
  4. Area hotspot / AP ( Access Point ) dengan wajan tidak terhalang bangunan tebal & pepohonan yang rimbun (“griwuk2” bahasa jawanya ). Artinya kalau seandainya wajan dan AP itu punya mata, mereka bisa saling pandang satu sama lain tanpa ada yang menghalangi (tapi kata pak ustad pandangan pertama tu nikmat, tapi pandangan berikutnya itu dosa lho, alah, kok sampai situ nee…he..hehe....

Kerangka berfikir sudah & syarat – syarat umum juga sudah didapat, lalu kita menginjak syarat yang utama yang umumnya buat kurang menarik / kurang disukai, yaitu: anda tetap memerlukan MODAL :

1. Disini kita perlu membeli bahan – bahan yang digunakan.
Yang paling mahal adalah USB WLAN. (sebenarnya kalau mau meneliti lebih dalam, didunia itu ga’ ada yang gratis, kcuali kentut & bernafas, itupun kalau masih normal, coba kalau ga’ ? pasti keluar duit beberapa juta kan?...he..hehe…Dan tanpa uang bagaimana bisa bikin alat).

2. Tekad pantang menyerah.
Ini nee yang paling penting, ilmu itu absolut alias pasti dan Wajan Wireless ini sudah terbukti oleh banyak orang, saya pun juga sudah membuatnya & berhasil dengan baik, Alhamdulillah. Jadi bila tidak bisa berarti kesalahan ada pada diri anda atau alat yang kurang tepat, bukan pada ilmunya, sehingga cobalah untuk belajar menganalisa suatu kesalahan, mana & apa yang membuat kita gagal (itu juga yang harus kita lakukan didalam kehidupan, agar menjadi orang sukses, kan orang suskes itu adalah orang yang belajar dari kegagalan, ya kan?).

Pada tahap berikutnya kita mempelajari sedikit teori sekaligus bahan – bahan yang akan kita gunakan.

Semakin jauh jarak wajan dari komputer anda yang artinya semakin mempertinggi antena, maka sinyal dari wajan ke komputer akan semakin melemah atau bahkan hilang (di pijit2 kali ya biar kuat…hi..hihi…). Sehingga diperlukan alat penguat transmisi sinyal pada kabel. (lihat, kenapa di pinggir2 jalan pada kabel PLN ada trafo – trafo besar? Tu berguna untuk menguatkan arus, karena arus listrik akan banyak hilang dalam kabel itu karena jarak dari GI yang jauh banget, tau GI ga’? Itu tu, Gardu Induk, yang banyak benda – benda aneh segede sapi / malah gajah).

Sip…….dah mudeng kan atas penjelasan – penjelasan diatas tadi ? (jangan bilang kalau malah “mubeng”…he..hehe…). Kita mulai rinci satu – persatu alat yang dibutuhkan, jadi simak penjelasan pak dosen baik – baik ya ? (alah…hi..hihi… keren juga yach kalau jadi dosen, seandainya D3 bisa jadi dosen, wkwkwkwkwk).

1. High Speed USB WLAN.
Ini bahan yang paling penting, karena inilah otak penagkap sinyal wifi, dialah yang mengubah gelombang radio yang ditangkap wajan menjadi data kembali di komputer anda.



Disini saya memakai USB WLAN dengan merk TRENDnet TEW-644UB.

2. Wajan.
Maksudnya ya wajan penggorengan itu, yang biasa dibuat untuk menggoreng makanan. Ukuran dimeter minimal 40 cm. lebih baik menggunakan aluminium, stainless steel juga bisa, besi juga ga’ masalah ( yang jadi masalah waktu kehujanan pasti berkarat & masangnya berat banget cui ). Selain diameter juga cekungan alias dalam dari wajan tidak terlalu dalam / cekung. Yang terakhir bentuknya bunder ser (tanpa benjo) dan emak tidak memakai itu…he..hehe…



Saya memakai wajan stainless steel dengan diameter 40 cm & kedalaman 8,8 cm.

3. Pralon ukuran 3 inchi / 3 dim ( potong sesuai pengukuran ).
Tu lho yang buat ngalirin air, cari yang tipis saja, selain murah juga lebih baik dalam menyerap sinyal.



4. Tutup pralon 3 inchi / 3 dim 2 buah.
Nee buat nutup kedua ujung pralon, ditoko bangunan banyak tuch.



Usahakan tepat ditengah pralon dikasih mur baut, untuk pegangan pada wajan, tapi cukup satu pralon saja, pralon yang lain jangan dilubangi.

5. Aluminium Foil.
Tau aluminium foil ? itu lho yang buat bungkus ikan bakar, ngoven, yang penting buat makanan tetap hangat & warnanya mengkilap (Bukan Panci Lho). Satu gulung saja lebih dari cukup kok.



6. USB Active Extension Cable.
Ini adalah kabel khusus untuk koneksi USB yang panjang – panjang, pada kabel ini sudah terdapat chip penguat sinyal pada tiap ujungnya, terlihat dalam gambar pada setiap ujungnya terdapat bentuk kaya tabung. Bisa diolor sampai 20m. Caranya tinggal dicolokin di USB WLAN & yang satunya pada USB komputer anda, selesai dech.



7. Lain – lain.
Dimaksudkan agar wajan bisa dikaitkan dengan penyangga apa saja, yang penting kreativitas anda bermain banyak disini. Pada intinya bagaimana caranya biar wajan tidak “genteong2” kena angin, dapat berdiri mantap diatap rumah, dan yang paling penting bisa awet & aman diterpa angin, matahari & hujan selama berbulan - bulan.

Langkah Pertama Menyiapkan Wajan.
Yang paling utama kita disini adalah menentukan titik fokus dari gelombang, secara hukum fisika gelombang yang datang akan dipantulkan, seperti jika kita mengumpulkan sinar pada kaca pembesar untuk membakar sesuatu, itu yang namanya titik fokus.



F =〖 D〗^2/(16 × C)


Dimana :

F = Jarak dasar wajan ke titik fokus.

D = Diameter wajan.

C = Kedalaman wajan.

Sehingga bila contohnya diameter wajan 40 cm dan kedalaman wajan 8,8 cm, maka titik fokusnya adalah 11,36 cm. Perlu diperhatikan, kita disini bekerja dengan bidang teknis, jadi usahakan sepresisi mungkin dalam menentukan pengukuran, seteliti mungkin, 2 angka dibelakang koma itu tidak untuk diabaikan, tapi sangat diperhatikan juga.

Catatlah hasil perhitungan tadi, itu nanti akan kita gunakan untuk titik acuan gelombang masuk kepralon & pralon mulai kita lapisi aluminium foil, tapi itu urusan belakangan, sekarang wajan dahulu yang penting. Lubangi bagian tengah wajan, berfungsi untuk menyatukan pralon dengan wajan, usahakan & harus tepat di tengah2 wajan. Bautkan dengan pralon yang sudah kita beri baut tadi. Ingat, titik dasar tetap diukur dari dasar wajan, bukan dari dasar pralon.

Langkah kedua mempersiapkan bagian tabung yang sensitif.

Disini adalah bagian terpenting yang paling banyak menyebabkan kegagalan dalam pembuatan alat ini, jadi berhati – hatilah, kerjakan dengan seteliti mungkin ( jangan kira2 ).

Bagian ini nanti yang akan kita isi dengan USB WLAN, kita tentukan dimana USB WLAN itu nanti diletakan. Secara teoritis gelombang yang akan dipantulkan wajan akan dikumpulkan didalam tabung dan ditangkap oleh USB WLAN pada jarak tertentu.
Sebagai tabel pembanding anda bisa memakai tabel berikut.

D ( mm ) L ( mm ) D ( mm ) L ( mm )
76 96,177 88 53,453
77 86,819 89 52,281
78 79,989 90 51,219
79 74,738 91 50,25
80 70,551 92 49,364
81 67,117 93 48,549
82 64,243 94 47,797
83 61,794 95 47,101
84 59,679 96 46,455
85 57,832 97 45,853
86 56,202 98 45,292
87 54,752 99 44,767

Dimana :
D = Diameter dalam tabung pralon.
L = Jarak antara tutup tabung pralon atas dengan penempatan USB WLAN.

Sehingga bisa dihitung bila pralon 3 dim ( tempat saya 86 mm ) jaraknya 56,202 mm.

Untuk menghitung diameter dalam tabung ini lebih baik diukur kembali saja, jangan memakai konversi dari dim ( inchi ) ke mm karena hasilnya akan berbeda jauh, misalkan tabung kita ini 3 dim, seharusnya kan 76,2 mm, tetapi pada kenyataan setelah diukur menjadi 86 mm, itu bentuk bundar lho, bukan oval, jadi untuk menentukan diameter dalam lebih baik diukur kembali.

Dengan perhitungan yang telah kita lakukan diatas tadi, lubangi pralon sesuai ukuran tersebut, setelah berlubang & sesuai ukuran, masukan konektor USB Active Extension Cable (yang female) ke dalam lubang tersebut (cukup setengah saja) & patenkan (biar ga’ lepas / goyang2), setelah itu tancapkan USB WLAN kedalam konektor female yang sudah dipatenkan dalam tabung.

Tutup pralon yang tidak kita lubangi bagian tengahnya tadi lapisilah dengan aluminiun foil pada bagian dalamnya sebelum ditutupkan pada pralon.
Sekarang tahap melapisi pralon dengan aluminium foil. Jangan melapisi semua bagian pralon, tetapi hanya 2⁄3 bagian tabung dari tutup atas, sedangkan sisanya tidak dilapisi.



P_(almu foil) = 3 × L

P_tabung = P_(almu foil) + F

Setelah selesai urusan bagian sensitif tabung, satukan dengan wajan yang sudah terpasang tutup yang terbaut bersamanya, sehingga secara lengkap gambar antena wireless wajan seperti dibawah ini :





Langkah terakhir adalah pencarian sinyal.

Ingat syarat nomer satu tadi ? harus bebas hambatan antara wajan dengan AP atau istilah kerennya CLOS (Clear Line Of Sight). Setelah difikir – fikir, ternyata masuk akal juga ya kalau saudara kita dikampung itu menggunakan galah untuk meninggikan antenna TV-nya.
Agar bisa mengetahui kekuatan sinyal, anda bisa menggunakan software pencari sinyal wifi seperti netTumbler atau Vistumbler. Setelah ini adalah giliran anda dalam berusaha mencari sinyal yang terkuat, bila gagal merenunglah, tapi jangan menyerah, dicari / dianalisa bagian mana yang salah. Sekali lagi saya ingatkan, Ilmu itu absolut dan kesalahan adalah ada pada diri anda dan alat anda, bukan pada ilmunya. Perlu diingat juga, antena ini hanya menangkap sinyal dalam jurusan 90 derajat bukan 360 derajat, sehingga wifi dikanan, kiri & belakang antena tidak akan terlacak, jadi perlu diputar-putar.

SELAMAT MENCOBA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar